Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai oleh serangan epilepsi berulang atau kejang yang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak. Kejang dapat bervariasi dari kejang tubuh yang kaku hingga perubahan perilaku. Pengobatan biasanya melibatkan obat-obatan antiepilepsi untuk mengendalikan serangan.
Pengembangan algoritma deteksi epilepsi di bidang kedokteran di Indonesia menjadi salah satu tonggak penting dalam upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan. Dengan menggabungkan teknologi terkini dan pengetahuan medis lokal, algoritma ini menawarkan proses diagnosis yang lebih akurat dan cepat untuk pasien yang mungkin mengidap epilepsi. Inovasi ini juga mencerminkan komitmen negara dalam menghadirkan perawatan medis yang lebih efektif dan tepat sasaran bagi masyarakat.
Dr. Dwi Sunaryono dari Departemen Teknik Informatika ITS menyebutkan bahwa epilepsi adalah penyakit berbahaya yang tidak dapat sembuh hanya dengan obat. Oleh karena itu, dia mengembangkan algoritma menggunakan Elektroensefalogram (EEG) dan Kecerdasan Buatan (AI) untuk mendeteksi lokasi epilepsi dengan lebih akurat. EEG merekam aktivitas otak, dan algoritma yang dia ciptakan memproses data untuk mengidentifikasi sinyal epilepsi. Hasil penelitiannya telah sesuai dengan diagnosa dokter, dan dia berharap algoritma ini dapat digunakan dalam kedokteran untuk mendukung diagnosis epilepsi yang lebih tepat.